Rabu, 30 Mei 2012

AKDR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang AKDR atau IUD ( intra uterin device ) adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim. Di mana AKDR terdiri dari bermacam-macam bentuk, terdiri dari plastik (polietiline), ada yang di lilit tembaga (Cu), ada pula yang tidak. Tetapi ada pula yang di lilit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone, Alat ini berfungsi untuk mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam Rahim.Alat ini cukup Efektif dengan kemampuan sampai 97 - 98 % dalam mencegah kehamilan ,adapun lama pemakaiannya dapat sampai 4 - 5 tahun ,setelah itu harus ganti dengan yang baru. Nama popularnya adalah spiral Tujuan penggunaan IUD Andalan adalah untuk mencegah kehamilan. IUD dipasang didalam rahim melalui vagina. IUD Andalan terbukti efektif 99.4% dalam mencegah kehamilan sekaligus melindungi dari kehamilan ektopik. IUD Andalan akan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur dan mengurangi mobilitas sperma agar tidak bisa membuahi sel telur. Selain itu IUD Andalan akan mencegah telur yang akan dibuahi menempel didinding rahim. IUD dapat dipasang kapan saja tergantung keinginan dari calon akseptor. Waktu yang paling tepat untuk pemasangan IUD adalah ketika akseptor secara sukarela mendatangi tenaga kesehatan untuk melakukan pemasangan IUD. Akan dilakukan tes kehamilan sebelum pemasangan IUD didalam rahim. Waktu yang tepat untuk pemasangan IUD adalah segera setelah melahirkan atau setelah keguguran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apa definisi kontrasepsi Intrauterine Device? 2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD? 3. Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD? 4. Apa efek samping dan kontara indikasi KB IUD? 5. Bagaimana cara pemasangan IUD? C. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui alat kontrasepsi IUD 2. Mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra indikasi IUD 3. Mengetahui cara kerja dan penggunaan/pemasangan IUD.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi IUD Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma. Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual. IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur. 2.2 Jenis-jenis IUD a. Copper-T IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. b. Copper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T. c. Multi load IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. d. Lippes loop IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic. Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin. Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat. 2.3 Kelemahan dan kelebihan IUD Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu: • Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi sampai dibuka • Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan) • Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun • Tidak mempengaruhi hubungan seksual • Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A • Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI • Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi) • Dapat digunakan sampai menopouse • Tidak ada interaksi dengan obat-obat • Membantu mencegah kehamilan ektopik • Relatif tidak mahal • Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil) • Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter) • Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi • Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan) • Efek samping yang rendah • Dapat menyusui dengan aman • Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010). • Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama satu tahun) • Tidak terganggu faktor lupa • Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A) • Mengurangi kunjungan ke klinik • Lebih murah dari pil dalam jangka panjang. IUD baik untuk wanita yang: • Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang • Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak • Memberikan ASI • Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI • Berada dalam masa pasca aborsi • Mempunyai resiko rendah terhadap PMS • Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari • Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya. • Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat. Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu: • Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular • Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit • Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar) • Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS • Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan • Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas • Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR • Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari • Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas. • Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan) • Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga.Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul). • Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat : a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid. c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi. Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. • Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah : a. 1 bulan pasca pemasangan b. 3 bulan kemudian c. setiap 6 bulan berikutnya d. bila terlambat haid 1 minggu e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya. 2.4 Efek Samping IUD Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan. Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim. Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini. • Kontra indikasi. Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu: • Usia reproduktif. • Keadaan nulipara. • Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. • Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. • Setelah melahirkan dan tidak menyusui. • Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. • Risiko rendah dari IMS. • Tidak menghendaki metoda hormonal. • Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari. • Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama. • Perokok. • Gemuk ataupun kurus. Jangan memakai spiral jika: • sedang hamil atau kemungkinan hamil. • berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila suami/pasangan punya pasangan lain). • pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi. • pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian). • Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat. • sangat kekurangan darah merah (anemia). • belum pernah hamil. Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu: • Hamil atau diduga hamil • Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin • Pernah menderita radang rongga panggul • Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal • Riwayat kehamilan ektopik • Penderita kanker alat kelamin. Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah : • Kehamilan • Sepsis • Aborsi postseptik dalam waktu dekat • Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim • Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya • Penyakit tropoblastik ganas • Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium • Penyakit radang panggul • PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) • TBC panggul. Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah: • Sedang hamil • Perdarahan vagina yang tidak diketahui • Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) • Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik • Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri • Penyakit trofoblas yang ganas • Diketahui menderita TBC pelvik • Kanker alat genital • Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm 2.5 Cara penggunaan atau pemasangan IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi.  Prosedur Kerja Pemasangan IUD Kebijaksanaan : 1) Petugas harus siap ditempat. 2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta. 3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi. 4) Alat-alat yang tersedia : a. Gyn bed b. Timbangan berat badan c. Tensimeter dan stetoskop d. IUD set steril e. Bengkok f. Lampu g. Kartu KB (kl, K IV) h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB a. Meja dengan duk steril • Sym speculum • Sonde rahim • Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya. • Busi / dilatator hegar • Kogel tang • Pincet dan gunting  Langkah-langkah : 1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping. 2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan. 3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter. 4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung kemih. 5) Siapkan alat-alat yang diperlukan. 6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithotomi. 7) Petugas cuci tangan 8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri 9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid 10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus. 11) Pasang speculum sym. 12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix. 13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim. 14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan. 15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm 16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim. 17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit 18) Alat-alat dibersihkan 19) Petugas cuci tangan 20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol 21) Membuat nota pelayanan 22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan. 23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik.  Catatan : a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter. b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter. c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm. d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang  Prosedur Pencabutan IUD • Tujuan umum : Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan. • Tujuan khusus : Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.  Kebijaksanaan : 1) Petugas harus siap ditempat 2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta. 3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi. 4)Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan : a. Meja dengan alas duk steril. b. Sarung tangan kanan dan kiri c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya. d. Cocor bebek / speculum e. Tampon tang. f. Tutup duk steril g. Bengkok h. Lampu i. Timbangan berat badan j. Tensimeter dan k. Stetoskop  Langkah-langkah : 1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping. 2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan. 3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter. 4. Siapkan alat-alat yang diperlukan. 5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi. 6. Bersihkan vagina dengan lysol 7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus. 8. Pasang speculum sym. 9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang 10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan. 11. Pasien dirapikan kembali 12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol 13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai dengan nota 14. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik.
 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur. B. Saran Bila Anda ingin menghentikan pemakaian spiral, segera kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya, atau yang terlatih. Jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah. Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak.
DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 2. Depkes, RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : di akses 18 Mei 2011. 3. Erfandi. (2008). Metode AKDR/IUD. diakses 20 Mei 2011. From http://puskesmas-oke.Blogspot.com 4. Handayani, S (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihana. 5. Hartanto, H. (2007). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan. 6. Mansjoer Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran I. Jakarta: Media Ausculapieus. 7. Mubarok. Wahid Iqbal. (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu. 8. Mubarak, Wahit Iqbal.2007.Promosi Kesehatan.Jogjakarta:Graha Ilmu 9. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk.2007.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi.Jakarta:Salemba Medika 10. Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 11. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar